Kamis, 03 Januari 2013

Tujuh belas ribu saja

Hari ini sepulang kerja saya sempat mampir ke sebuah swalayan di dekat kos saya. Sebenarnya badan masih lemas karena baru sakit. Tapi saya berfikir, saya perlu membeli beberapa buah untuk 'multivitamin' tubuh, biar makin cepat fit. Selesai belanja, saya pun berjalan kaki ke tempat kos saya. Tiba-tiba ada seseorang menepuk pundak saya dari belakang. Saya pikir teman saya. Ternyata bukan. Saat saya balikkan badan, saya melihat sesosok bapak berumur sekitar 30an hampir 40. Beliau berkata sesuatu yang awalnya susah saya tangkap karena pelafalannya yang kurang jelas, ditambah saya sedang tidak begitu fokus. Beliau pun mengulang ucapannya: "Mba, saya mau pulang ke Bekasi, dompet saya jatuh, boleh saya pinjam uang 17ribu, nanti saya ganti. Nomor handphone mba berapa?"
Beliau berkata sambil berkali-kali melihat ke handphone yang dipegangnya dan mata saya secara bergantian.
Sesaat saya ragu 'Orang ini beneran atau mau niat jahat ya?'. Ya, hidup di Jakarta sedikit banyak memang membuat saya lebih skeptis terhadap orang yang baru atau belum saya kenal.
"Berapa pak?", tanya saya sambil merogoh dompet dari dalam tas sembari masih berpikir.
'Dari wajahnya yang malu untuk meminta uang, apalagi pada seorang perempuan yang sama sekali tidak dikenalnya, dan juga wajahnya yang cukup menandakan kebingungan, serta keringat yang mengucur di wajahnya, aku rasa dia tidak sedang berbohong'. Begitulah isi pikiran saya saat itu. Akhirnya saya mengeluarkan dua lembar uang 10ribuan, sambil bertanya sanksi 'Benar cukup pak?'.
"Iya mba, nanti saya ganti. Boleh minta nomor handphonenya?"
"Tidak usah pak (itu saja)".
Setelah mengucapkan terimakasih beliau pun pergi.
Saya melanjutkan jalan kaki, sambil sedikit menyesal 'kenapa aku hanya memberinya 20ribu? Apakah itu memang cukup? Bagaimana kalau ada sesuatu terjadi?' Akhirnya saya hanya bisa mencoba mencukupkannya dengan berdoa untuk beliau, semoga selamat sampai tujuan. Mendapat ganti yg lebih baik dari kehilangannya. Dan bagi orang yang menemukan dompetnya, tergerak hatinya untuk memgembalikannya.
Sebenarnya sempat saya masih meragukan beliau. Tapi saya memilih untuk meyakinkan diri saya 'anggaplah itu sedekah, entah beliau berbohong atau tidak'. Pun terlintas dalam diri saya, bagaimana kalau saya yang ada dalam posisi beliau, mungkin bisa saja saya melakukan hal yang sama.
"Tolonglah orang lain, maka Alloh akan menolongMu" Itulah yang saya yakini dan coba selalu saya tanamkan dalam otak saya disaat saya ragu atau malas membantu orang.
Semoga saya terhindar dari suudzon. Dan semoga perjalanan hari ini dapat menjadi pelajaran bagi saya khususnya, dan orang lain yang mungkin membaca tulisan ini. Aamiin..

6 komentar:

  1. tulisannya bagus mbak, keep posting. saya juga pernah mengalami hal ini. Menurutku, seandainya juga saat itu kita betul2 tidak punya uang lalu memberikan perkataan yang baik atau mendoakannya sudah bisa dihitung sedekah. Menurutku sih mbak.

    Tulisannya disebarluaskan lagi mbak. tulisan yang berisi kebaikan kalau di sebarluaskan bukankah berarti menyebarluaskan kebaikan juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak komentarnya.. Komentar pertama di blog saya.. Semoga saya bisa tetap menulis :D

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Menambahkan:
    Kemarin sebenarnya saya sempat berpikir untuk pulang dari kantor memakai motor yang memang sejak seminggu lalu saya tinggal di kantor. Tapi kemudian saya berubah pikiran, mengingat kondisi tubuh saya sendiri yang belum cukup fit. Mengendarai motor, apalagi mengarungi macetnya jalanan Jakarta.
    Terlintas dalam benak saya, memang Alloh sudah Mengatur semuanya. Jika saya pulang naik motor, mungkin saya tidak bertemu dengan bapak di atas. Saya mungkin tidak berkesempatan untuk bersedekah. Saya juga akan melewatkan satu cerita yang bisa saya ambil hikmahnya ini.
    Ya, saya yakin, Alloh Maha Mengatur. Alloh adalah Pencipta skenario terbaik. Dan Alloh Maha Tahu, harus menempatkan 'pemain' dalam 'episode' yang mana, agar dia dapat belajar, dan menjadi lebih baik lagi ke depannya.Alhamdulillah... :D

    BalasHapus