Rabu, 26 Agustus 2015

Pelayanan SIM di Polres Kebumen, Jawa Tengah

26 Agustus 2015.
Ini sepertinya pertama kalinya saya membuat tulisan tentang pelayanan pemerintah. Dan kali ini adalah tentang pelayanan institusi Polri, institusi yang sampai sekarang saya belum bisa respek kepadanya. Oke, saya yakin bahwa tidak semua orang itu jahat, korup, pasti ada yang baik. Tapi yang baik, seringkali tidak terlihat atau tidak memperlihatkan diri.
Hari ini, saya melakukan perpanjangan SIM C. Mumpung mudik, pas masa berlaku SIM saya juga habis. Dari rumah sudah kepikiran "Pelayanan Polri udah bagus belum ya". Berharap sudah membaik, apalagi bbrpa waktu lalu ada kasus ttg simulasi SIM (eh atau apa ya namanya). Dan?..jeng jeng..dibuat poin2 aja deh kronologinya...here it goes..
1. Periksa kesehatan. Saya berangkat diantar bapak, Sebelum sampai ke polres, mampir dulu ke poliklinik polres (entah apalah nama resminya), untuk mendapatkan surat kesehatan sebagai salah satu persyaratan perpanjangan/pembuatan sim (harus dari klinik polri ya?). Datang langsung ngambil nomor antrian, terus dipanggil. Tanpa senyum sama sekali, malah terkesan angkuh, ibu2 memanggil antrian(Namanya Puspita Ninsgih). Ditanya ktp sama golongan darah. Selanjutnya, diukur tinggi dan berat badan, lalu antri lagi untuk dipanggil tes kesehatan. Tidak berapa lama, saya dipanggil, masuk ke ruangan, ditanya nama. Lalu pak polisi yang berjaga (namanya Legiman) cuma ngisi sekenanya, tekanan darah, tes mata letter E, sama sekali tidak dilakukan. Sret sret sret, selesailah sudah. "Administrasinya 25ribu ya mba". Okesip. Saya masih merasa agak wajar ada biaya untuk hal seperti ini. Cuma kok ya ini jadinya surat kesehatan apa FORMALITAS?? Lha orang gak diapa2in. Dan di surat keterangan sehat ini tertulis dr. Widi Widayat sedangkan yg tanda tangan (kalau bisa disebut tanda tangan) adalah Pak Legiman tadi. Plus, saya tidak dapat kuitansi atas biaya tadi. Ada yang mengira hoax? Ya, saya lupa untuk memfoto surat keterangan sehat tadi, niatnya pas sudah sampai di Polres. Tapi begitu di sana, kondisinya chaos, orang2 penuh sesak tanpa mau mengantre. Saya hanya mencoba untuk menghafal nama petugas, secara hampir gak mungkin saya foto wajah petugas itu.
2. Mendaftar Perpanjangan SIM. Sampai di Polres, saya langsung mendaftar. Kondisi di sekitar loket chaos, kacau balau, penuh sesak, panas. Ada tiga loket, loket 1 loket pendaftaran, loket 2 loket pembayaran, loket 3 kalau tidak salah loket pengambilan sim kalau sudah jadi. Saya berniat untuk mengantri di loket 1, apalah daya orang2 sepertinya tidak mengenal kata "antri". Saya pun menyerah, Bapak saya langsung menyeruak kerumunan orang, menaruh berkas saya di loket, bertumpuk dengan berkas2 milik orang lain. Dan ternyata memang tidak ada sistem antrian. Orang yang ingin mendaftar hanya perlu meletakkan berkasnya di semacam keranjang di loket, untuk kemudian dipanggil dan diberi formulir, lalu mengisi formulir sendiri, dan menyerahkannya kembali ke keranjang di loket tadi.
3. Pembayaran biaya administrasi. Setelah menunggu lebih dari 1 jam dari pertama sampai di Polres, akhirnya nama saya dipanggil untuk membayar biaya administrasi. Dipanggil sekaligus bersama orang2 yang lain melalui pengeras suara. Datang ke loket 2, si petugas yang rapi berdasi (tulisan di papan nama Rizqy atau Rifqy saya lupa) memanggil nama saya. "Wah..orangnya rapi, pakai dasi, setidaknya ada yang memikirkan pelayanan", pikir saya saat itu. Petugas tersebut lalu memastikan saya mendaftar perpanjangan lalu menyebutkan biayanya 90ribu, itu yang saya dengar lewat telinga saya, bisa jadi saya salah dengar karena situasi di situ sangat berisik. Terakhir saya tahu, biaya perpanjangan sim c adalah 75ribu. Saya mencoba berbaik sangka, mungkin memang sudah naik, saya juga belum mengecek lagi sebelum berangkat ke Polres. Akhirnya saya membayar 100ribu, disuruh tanda tangan di formulir atau apalah itu yang saya tidak diberi kesempatan untuk membaca apa yang saya tanda tangani. Setelah itu, saya diberi uang kembalian 5000 dan 3 lembar bukti donasi PMI yang masing2 nominalnya 3000 (apa hubungannya???), dan saya TIDAK MENDAPAT KUITANSI. Saya ingin protes, tapi itu petugas sudah langsung sibuk melanjutkan memanggil yang lain, ditambah suasana panas dan sesak membuat saya tidak betah. Bukannya saya tidak mau menyumbang ke PMI tapi setidaknya sampaikanlah ke masyarakat. Atau memang ada aturan setiap yang mendaftar sim wajib donasi ke PMI?

Intinya, sebelum memakai jasa layanan Pemerintah, kita harus jadi masyarakat yang paham aturan dan berani memerangi korupsi. Oke, saya memang teledor tidak mengupdate aturan dulu sebelum berangkat. Inginnya sih, sekaligus bawa print out pasal2 aturannya. Saya juga tidak melakukan aksi nyata memerangi pungli di sini. Arggghhhhh akhirnya saya hanya menahan kesal di hati. Niat hati ingin melakukan pengaduan, ternyata website polri sedang revitalisasi, propam juga sama saja tidak bisa. Twitter humas polri? No response. Duh, kalau melihat kenyataan ini, saya kok jadi ngenes sendiri melihat negeri ini. Bagaimana mau maju kalau seperti ini terus, bagaimana negeri ini mau kaya?
Pemerintah dan masyarakat harus sama2 membenahi diri untuk melawan korupsi.

Ah...masih banyak yang ingin ditulis, tapi sepertinya sudah terlalu panjang. Takutnya malah menambah kesal di hati. So, orang2 jujur di Polri, semoga makin banyak, dapat mewarnai yang buruk2 itu. Sisakan trust di mata masyarakat. Bukankah Polri seharusnya mengayomi? Bukan "memoroti"?

Sabtu, 11 Juli 2015

Throwback-Life-Death

12 Juli, 00.14
Terbangun karena anak bangun, kemudian sholat isya (yang sangat terlambat). Tiba2 banyak sekali pikiran-pikiran melintas di kepala. Tak terasa sudah makin berumur, kurang dari satu bulan akan genap 26 umurku. Sekarang sudah ada malaikat kecil (barusan dia terbatuk sambil tidur) yang selalu menemani tidur, membawa begitu banyak kebahagiaan dalam hidupku, memberi warna warni penuh keceriaan bagi keluarga kecil kami, dan tentunya penambah kebahagiaan keluarga besar kami juga.
Benar2 seolah waktu berjalan begitu cepatnya. Masih membekas jelas di ingatan, saat masih sangat kecil, masih tinggal di rumah lama, punya bantal buluk kesayangan, tangan kena bunga api waktu ikut bakar2 sampah hasil nyapu2 halaman samping rumah. Masih ingat kemudian masuk SD, hari pertama (sepertinya) duduk di bangku panjang, dikumpulkan dengan teman2 baru (dulu gimana ya rasanya). Ingat juga saat dititipi ibu belanjaan pisang untuk dibawa pulang karena ibu masih ada keperluan di sekolah, tapi malah mampir main dulu, dan sang pisang sudah bonyok2 begitu nyampe rumah yang akhirnya sampainya juga hampir bareng dengan ibu. Imunisasi, lomba kartini, lompat jauh yang membuat kaki terluka, senam pagi, jadi dirigen waktu upacara, lomba paduan suara, les nari, tabloid fantasi dan banyak lainnya hal-hal waktu SD yang masih terekam di memori hingga saat ini. Sebagian masih terekam dengan baik, sebagian lagi samar2. Namun semuanya sama, indah dan mengasyikkan.
Dari SD beranjak ke SMP, SMA, Kuliah (semoga lain waktu bisa menulis cerita-cerita sekolah ini). Sekarang, sudah menjadi seorang istri dari laki-laki yang sangat kucintai dan kuhormati, bahkan ibu dari anak yang begitu lucu dan manis. Ya, waktu cepat sekali berlalu. Dulu masih bisa bermanja manja, minta ini itu, sama bapak ibu, mbah kakung, mbah uti. Sekarang mbah kakung duaduanya sudah almarhum (rinduuuu sangat),mbah uti dari bapak juga sudah meninggal waktu aku 2 tahun, tinggal 1 mbah uti yang sangat aku sayangi, aku kagumi (you are loved more than you know). Rindu masa lalu? Tentu!!! Terkadang ingin rasanya memutar kembali waktu agar bisa lebih lama bersenang2, bermanja2 dengan bapak ibu juga mbah. Tapi, itu tidak mungkin. Dan sekarang juga sudah bertambah kebahagiaan dengan adanya Alief, anakku.
Kenapa tiba2 menulis ini? Karena kembali teringat, bahwa kematian itu pasti, hanya waktunya saja yang kita tidak tahu. Dan, aku menjadi begitu takut kehilangan orang orang yang kusayang, seakan tidak rela. Pun, nanti aku yang juga akan mati meninggalkan orang orang yg kusayang, seperti tak kuasa juga. Pada akhirnya setiap orang akan menjadi cerita. Sama seperti kisah2 biografi tokoh2 zaman dulu.
Ya Alloh, apakah kecintaanku akan dunia sudah semakin besar? Takut kehilangan semua yang hanya titipan? Bimbinglah kami dan tetapkanlah kami dalam keimanan dan ketaqwaan padaMu, ingatkan selalu Kami akan kematian, dan jadikanlah kami orang orang yang dapat menganbil pelajaran dari kematian. Dan jika saat itu tiba, berikanlah kami keikhlasan dan kekuatan untuk melepas orang2 tercinta Kami, dan berikan keikhlasan dan kekuatan juga untuk orang2 uang kami tinggalkan jika tiba waktu kami. Aamiin...
Yaa Rabbi Engkau Maha Mengetahui hati hamba.. Begitu banyak nikmat yang telah Engkau berikan untuk hamba.. Terima Kasih ya Alloh.. Alhamdulillahirabbil'aalamiin..