Selasa, 31 Januari 2017

Pedagang wanna be

Dalam berniaga terdapat 9 dari 10 pintu rezeki (HR Ahmad) -mohon dikoreksi jika salah-. Sayapun seriiiiing sekali maju mundur maju mundur mau mencoba serius berdagang seperti pakaian muslim ataupun jilbab, khususnya jualan online, via social media yang sekarang semakin menjamur. Namun, rasanya masih ada yang mengganjal.
Jualan online sebagian besar itu butuh model (selain tentunya modal, minimal modal pulsa). Ya, jualan online itu tidak mengandalkan pertemuan antara pembeli dan penjual, calon pembeli memeriksa atau mencoba barang yang diinginkan. So, dibuatlah gambar2 informatif yang tentunya menarik perhatian calon pembeli (yang mayoritasnya adalah perempuan yang tentunya suka dengan yg indah-indah). Saya juga menjadi "korban" online shop(olshop) yang kalau melihat postingan terbaru dari si olshop langsung bergerak-gerak matanya, beberapa kali akhirnya memutuskan membeli, seringkali ingin membeli tapi berujung pada menahan diri, mencoba mengingat-ingat bahwa setiap harta yang dikeluarkan akan dimintai pertanggungjawaban. Takutnya ternyata harta saya banyaknya digunakan untuk menumpuk baju-baju dan jilbab yang pada akhirnya jarang sekali dipakai. Tapi yaaa.. salah satu godaan untuk wanita sepertinya memang belanjaa... hiks. Sampai sekarang masih belajar, belajar, belajar menahan diri.
Kalau ditelusuri lagi, sebagian besar keinginan saya untuk mengadopsi atau sekedar tertarik dengan barang dagangan olshop karena memang saya terlanjur terpikat melihat cantiknya sang model di foto, mengenakan baju atau jilbab. Waaaahhh... cantik, bajunya juga syari, gak macem-macem. Kurang lebih seperti itu. Rasanya, saya ingin juga terlihat cantik seperti dia. Saya sebagai wanita juga suka mengagumi kecantikan perempuan. Tapi dasar saya suka mikir kemana-mana, tercetuslah pertanyaan di otak saya. Itu si model gapapa ya, fotonya tersebar kemana-mana, suaminya/ayahnya gak keberatan kah? Yang "menikmati" kecantikannya bukan hanya perempuan, laki-laki tentunya juga banyak. Kalau saya laki-laki, saya pasti lebih-lebih mengagumi si model, mungkin saya bisa follow akun si model, mengikuti kesehariannya.
"Ya itu kan terserah dia, lagian dia mau jadi model, dia emang suka"
Ya iya sih itu terserah dia, tapi kembali lagi, kalau saya penjualnya, kok ya saya akan mikirin itu ya... kalaupun si model gak masalah, suaminya ga masalah, terus saya upload aja foto si model, kok rasanya saya tidak tenang. Bagaimana kalau saya "mendukung" si model untuk memamerkan kecantikannya? Atau, membiarkan suaminya untuk tidak mempunyai kecemburuan atas kecantikan istrinya yang ikut "dinikmati" oleh laki-laki lain di luar sana, yang pikirannya kita tidak isinya apa.
Lebay? Berlebihan? Bisa jadi. Tapi entah kenapa, perasaan saya mentok disitu. Mengganjal.
Saya salut dengan olshop yang memegang teguh prinsip tidak menampakkan (setidaknya) wajah si model.
Lalu, saya sendiri bagaimana? Ya, saya suka masih beberapa kali suka upload foto sendiri atau bersama keluarga dan teman-teman. Saya juga masih belajar. Semoga senantiasa menjadi lebih baik. Semoga saya bisa menjaga diri saya dengan lebih baik lagi, apalagi Islam telah memuliakan perempuan dengan berbagai cara.
Semoga segera keturutan berdagangnya, harus fokus nih. Kalaupun belum keturutan, apapun peran dalam masyarakat saat ini, semoga bisa maksimal. Dapat menjadi orang yang memberikan sebaik-baik manfaat bagi orang lain. Semangat Bundaa 💪💪